Masa Kecil I Gusti Ngurah Rai
I Gusti Ngurah Rai memiliki kesempatan untuk sekolah di Holands Inlandse School (HIS), Bali. Kemudian setelah beliau tamat dari HIS, beliau melanjutkan pendidikan nya ke MULO (setingkat SMP) yang berada di Malang. Kemudian beliau memperdalam ilmu kemiliteran nya di Prayodha Gianyar, Bali yang kemudian dilanjut dengan pendidikan di Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO) di Megalang. Beliau juga menempuh pendidikan di Arteri Malang. Berkat pendidikan militer dan kecerdasan yang beliau punya, akhirnya beliau sempat menjadi intel sekutu di daerah Bali dan Lombok.
Perjuangan I Gusti Ngurah Rai Melawan Belanda
Setelah Indonesia merdeka, beliau membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sunda kecil dan Bali dengan nama Ciung Wanara. Pasukan yang dibentuk ini dibentuk untuk membela tanah air dari para penjajah yang ada di daerah Bali. I Gusti Ngurah Rai merasa harus melakukan konsolidasi ke Jogja yang menjadi pusat dari TKR, hingga akhirnya beliau diangkat menjadi komandan Resimen Sunda Kecil kala itu dengan pangkat Letnan Kolonel.
Begitu kembalinya beliau dari Jogja dengan persenjataan, I Gusti Ngurah Rai harus menerima kenyataan pahit bahwa Bali ternyata sudah dikuasai oleh Belanda yang mempengaruhi raja-raja yang ada di Bali. Saat beliau pulang dari Jogja, ternyata pasukan Belanda dengan 2000 pasukan lengkap bersenjata serta pesawat terbang siap untuk menyerang I Gusti Ngurah Rai. Beliau dengan masukan kecilnya, yaitu Ciung Wanara ternyata mampu memukul mundur pasukan Belanda. Tetapi hal tersebut justru membuat Belanda membawa lebih banyak pasukan dari pulau Madura, Jawa hingga Lombok. I Gusti Ngurah Rai kali ini berhasil dipukul mundur oleh Belanda, dan ternyata Ciung Wanara juga berhasil dipukul mundur lantaran semua pasukan nya jatuh ke dasar jurang.
Hal inilah yang diabadikan dengan istilah Puputan Margarana (perang habis-habisan di daerah Margarana) pada 20 november 1946. I Gusti Ngurah Rai memperjuangkan Bali agar masuk ke dalam kekuasaan Indonesia karena jika sesuai dengan kesepakatan Linggar Jati, maka hanya Madura, Jawa dan Sumatera saja yang menjadi wilayah kekuasaan Indonesia.
Karena hal inilah I Gusti Ngurah Rai mendapatkan gelar Bintang Mahaputra dan mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (Anumerta). Kemudian I Gusti Ngurah Rai meninggal pada usianya yang ke 29 tahun dan Beliau dimakamkan di Taman Makam pahlawan Margarana Bali. Beliau meninggal tanggal 20 November 1946 di Marga, Tabanan, Bali.
Beliau mendapatkan gelar pahlawan nasional berdasarkan SK presiden RI No. 63/TK/1975 pada tanggal 9 agustus 1975. Bahkan namanya juga dijadikan nama Bandara di Bali, yaitu bandara I Gusti Ngurah Rai, bali.
Penghargaan kepada I Gusti Ngurah Rai adalah Bintang Mahaputra dan Pahlawan Nasional karena kegigihan nya melawan Belanda. Masa hidup beliau dari tahun 1917 hingga 1946, dalam masa mudanya sudah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.