Buku ini adalah satu-satunya karya ilmiah yang membicarakan perjalanan hidup Soeharto di usia awal 20-an, di masa-masa yang penuh gejolak dan perubahan kondisi sosial politik yang tak terduga. Inilah perjalanan hidup Soeharto di usia awal 20-an, di masa-masa yang penuh gejolak dan perubahan kondisi sosial politik yang tak terduga. Pulau Jawa di awal 1942 dalam keadaan panik dan bingung. Menyerahnya Belanda kepada kekuatan Jepang telah membalikkan mitos keunggulan bangsa Eropa (Belanda). Kekuasaan tanpa tantangan di Jawa selama 110 tahun itu berakhir hanya delapan hari pertempuran. Rakyat Jawa, termasuk Soeharto, seperti tersadar bahwa ternyata ada yang melebihi superioritas Eropa, yaitu saudara sesama Asia, Jepang, yang bertempur dengan roh spiritual, semangat juang dan tanggungjawab atas kewajiban suci kepada Kaisar Jepang. Dan semua itu adalah nilai-nilai yang sangat dipahami orang Jawa.
Soeharto muda, dengan ketenangan, loyalitas, kecakapan dan kesederhanaan perilakunya, telah memberi kesan mendalam bagi para instrukturnya, para perwira Jepang, di Peta. Berkali-kali Soeharto mendapatkan tugas khusus dan penting, termasuk tugas melatih kembali batalyon Peta Blitar setelah mereka melakukan pemberontakan, suatu tugas yang sangat sensitif.
David Jenkins, wartawan senior Australia ini, tidak main-main mengumpulkan segala keping puzzle, menyatukan ingatan tokoh-tokoh yang terlibat di masa muda Soeharto, yaitu para pejabat Tentara ke-16 AD Jepang dan Beppan serta kawan-kawan Soeharto di Peta. Lewat serangkaian wawancara, David Jenkins mendapatkan temuan-temuan menarik dan humanis, melengkapi daftar referensi yang membuat buku Soeharto di Bawah Militerisme Jepang ini bukan sekadar sajian intelektual, tapi juga sebuah tuturan riwayat yang informatif atas seorang pemuda, yang karena kecakapan sekaligus keberuntungannya, kelak menjadi penguasa sebuah rezim, Orde Baru.