Sejarah Singkat Candi Pari

Rahmad Ardiansyah

Candi Pari terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Candi Pari merupakan candi berbahan batu bata yang berbentuk segi empat, menghadap ke barat dengan ambang serta tutup gerbang terbuat dari batu andesit. Dahulu diatas gerbang terdapat batu yang menunjukkan tahun pembuatan candi yaitu angka tahun 1293 Saka atau 1371 M. Tahun tersebut merupakan masa pemerintahan Hayam Wuruk di Kerajaan Majapahit.

Candi Pari berbentuk tambun dan memiliki kemiripan dengan candi – candi di Jawa Tengah. Candi Pari memiliki tinggi 15,40 m, panjang 16 m, dan lebar 14,10 m. Candi ini bisa dikataka dalam keadaan utuh, kaki dan badan candi masih ada hanya atap candi yang sudah tidak ada. Candi Pari minim sekali akan hiasan atau relief. Hiasan yang ada hanya miniatur candi yang menjorok keluar dari badan candi. Diatas miniatur candi terdapat hiasan berupa teratai. Pada bagian kanan dan kiri miniatur candi terdapat lubang angin yang menembus ke dalam bilik candi. Pada atap candi sebenarnya terdapat hiasan binatang, namun kini dalam keadaan aus.

Candi Pari memiliki keunikan selain bentuknya yang tambun, keunikan lainnya terletak pada tangga candi. Jika pada umumnya tangga candi langsung menuju ke biilk candi, maka hal tersebut tidak berlaku di Candi Pari. Untuk menuju bilik candi sebelumnya akan ada sebuah bidang persegi (batur) yang menjorok keluar dari bawah pintu candi (hal ini mirip dengan yang ada di Candi Ngetos dan Candi Bangkal). Pada bagian kanan dan kiri batur terdapat tangga dengan pipi tangga (tempat pegangan) dalam kondisi yang telah runtuh. Pada beberapa sudut halaman candi juga terdapat reruntuhan batu – bata yang diperkirakan merupakan pagar yang mengelilingi Candi Pari.

Di dalam bilik candi terdapat beberapa batu andesit, arca – arca dalam kondisi yang tidak utuh, serta beberapa balok kayu. Pada dinding bilik candi yang berhadapan dengan pintu masuk candi, terdapat sandaran arca berukuran 6 x 6 meter. Dengan ukuran tersebut dapat dipastikan arca yang menempati berukuran besar pula. Namun arca tersebut tak pernah ditemukan.

Telah banyak leteratur serta foto tentang Candi Pari pada zaman penjajahan Belanda. Salah satunya adalah dari N.J. Krm yang menerbitkan buku Injelding tot Hindoe-Java asch Kunst pada tahun 1923. Pada zaman Belanda, Candi Pari juga sempat mengalami pemugaran yaitu pemasangan kayu pada bagian langit – langit pintu masuk. Pada tahun 1994 – 1999 Kanwil Depdikbud dan Suaka Peninggalan Sejarah Purbakala Jawa Timur juga melakukan pemugaran kembali yang dibantu oleh Pak Mustain Juru pelihara Candi Pari. Masyarakat sekitar mengenal Candi Pari dan Candi Sumur sebagai Candi Lanang (candi laki – laki) dan Candi Wadon (candi perempuan). Hal tersebut tidak terlepas dari legenda Joko Pandeglang.

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah