Sejarah Singkat dan Lengkap Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Rahmad Ardiansyah

A. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan pertama dengan corak Hindu di Indonesia. Kerajaan ini terletak di hulu Sungai Mahakam, Kutai Kalimantan Timur. Sumber sejarah yang menyebutkan keberadaan kerajaan ini adalah tujuh yupa yang ditulis dengan aksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Berdasarkan Prasasti Yupa, raja – raja yang pernah memerintah Kutai diantaranya Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Kerajaan Kutai mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman yang ditandai dengan pemberian hadiah sebanyak 20.000 ekor sapi kepada Kaum Brahmana. Selanjutnya kaum Brahmana mengadakan upacara Vaprakecvara yang diartikan sebagai lapangan yang luas untuk memuja Dewa Siwa.

B. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan dengan corak Hindu tertua di pulau Jawa yang terletak di Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan berita dari Tiongkok zaman Dinasti Tang menyebutkan bahwa seorang pendeta bernama Fa Hien terdampar di pantai utara Pulau Jawa (414 M) dan menceritakan kehidupan beragama masyarakat To-lo-mo (Taruma). Prasasti – prasasti yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara diantaranya Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Ciareteun, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Cidanghiang (Prasasti Munjul). Berdasarkan sumber – sumber dijelaskan bahwa Kerajaan Tarumanegara dipimpin oleh Raja Purnawarman.

Dalam Prasasti Ciareteun, terdapat cap telapak kaki Raja Purnawarman sebagai lambang kekuasaan dan kebesaran raja. Mata pencaharian utama masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal tersebut diketahui dari isi Prasasti Tugu tentang pembuatan saluran Gomati sepanjang 6122 tombak (12 km).

C. Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang menguasai perdagangan dan pelayaran di Semenanjung Malaya, Selat Malaka, dan Selat Sunda. Sumber dan bukti sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya diantaranya :

  1. Berita – berita dari Arab, India, dan Tiongkok
  2. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya antara lain Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Berahi, dan Prasasti Ligor.
  3. Bangunan candi di Muara Takus, Candi Gedong, dan Candi Koto Mahligai Kedaton. 

Faktor – faktor pendorong kebesaran Kerajaan Sriwijaya antara lain sebagai berikut :

  1. Letaknya strategis, yaitu berada di tepi jalur perdagangan nasional dan internasional
  2. Pusat kerajaan terdapat di pantai dan di muara sungai besar
  3. Adanya kemajuan kegiatan pelayaran dan perdagangan
  4. Runtuhnya Kerajaan Funan

Sriwijaya mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Balaputradewa. Dalam Prasasti Nalanda disebutkan bahwa Balaputradewa adalah cucu raja yang berasal dari Dinasti Syailendra. Kerajaan Sriwijaya merupakana pusat penyebaran agama Buddha di Asia Timur dan Tenggara. Hal tersebut didasarkan pada berita I-Tsing yang mengatakan bahwa ia pernah singgah di Sriwijaya dan belajar bahasa Sansekerta dan memperdalam agama Buddha. I-Tsing belajar pada seorang pendeta Buddha dari Kerajaan Sriwijaya yang bernama Sakyakirti. Selain Sakyakirti, guru agama Buddha yang lain adalah Dharmakirti.

D. Kerajaan Mataram Kuno

Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno dapat dibuktikan dari sumber – sumber sejarah berikut :

  1. Prasasti Canggal (732 M) yang berisi pendirian Lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa.
  2. Prasasti Mantyasih / Prasasti Kedu (907 M) yang berisi tentang silsilah raja – raja Mataram dari Dinasti Sanjaya
  3. Kitab Cerita Parahyangan yang berisi tentang raja – raja dari Dinasti Sanjaya

Mataram Kuno diperintah oleh dua dinasti yaitu Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Raja – raja dari Dinsati Sanjaya diantaranya Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watukura Diah Balitung. Sementara itu, raja – raja Dinasti Syailendra diantaranya Raja Bhanu, Raja Wisnu, Raja Indra, Raja Balaputradewa dan Ratu Pramoodhawardhani. Peninggalan Dinasti Sanjaya diantaranya Candi Prambanan, Candi Dieng, Candi Sambisari, Candi Ratu Baka, dan Candi Gedong Songo. Peninggalan Dinasti Syailendra diantaranya Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Sari dan Candi Sewu.

E. Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan Medang Kamulan didirikan oleh Mpu Sendok yang mendirikan Dinasti Isyana. Dalam Prasasti Kalkuta (951 M) disebutkan bahwa Mpu Sendok adalah keturunan Raja Mataram Kuno. Mpu Sendok memindahkan pusat kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan alasan sebagai berikut :

  1. Sering terjadi bencana alam, wabah penyakit dan adanya ancaman dari keturunan Syailendra yang berkuasa di Sriwijaya
  2. Wilayah Jawa Timur dianggap lebih menguntungkan dari segi perdagangan karena dekat dengan jalur perdagangan rempah – rempah
  3. Para petani berbondong – bondong pindah ke Jawa Timur akibat terbebani dalam pembuatan candi.

Mpu Sendok digantikan oleh putrinya Sri Isyanatunggawijaya, kemudian diteruskan oleh Makutawangsawardana dan Dharmawangsa. Wilayah kekuasaan Medang Kamulan berhasil dipersatukan kembali pada masa pemerintahan raja Airlangga. Pada tahun 1042 Airlangga mengundurkan diri dan membagi wilayah Medang Kamulan menjadi dua yaitu Jenggala dan Panjalu.

Peninggalan Kerajaan Medang Kamulan diantaranya Candi Lor (daerah Nganjuk) , Pertapaan Pucangan (lereng Gunung Penanggungan), Kitab Hukum Siwasana, Kitab Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa, dan Cerita Calon Arang.

F. Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Raja Jayabaya (1135-1157). Jayabaya dikenal sebagai seorang peramal dan sastrawan. Ramalan – ramalannya dibukukan dalam Kitab Jangka Jayabaya. Kerjaan Kediri menghasilkan banyak karya sastra Jawa diantaranya :

  1. Pada masa pemerintahan Airlangga, disusun Kitab Arjuna Wiawaha oleh Mpu Kanwa.
  2. Pada masa pemerintahan Jayabaya, digubah Kitab Baratayuda oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu, Mpu Panuluh juga menuliskan Kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya.
  3. Pada masa pemerintahan Kameshwara, ditulis Kitab Smarandhana oleh Mpu Dharmaja, Kitab Lubdaka, dan Wertasancaya oleh Tan Akung. 

Kertajaya adalah raja terakhir Kerajaan Kediri karena ia dikalahkan oleh Ken Arok. Kekalahan Kertajaya menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Isyana di Jawa Timur.

G. Kerajaan Singasari 

Kerajaan Singasari didirikan Ken Arok pada tahun 1222 M di daerah Singasari, Malang, Jawa Timur.Ken Arok kemudian menjadi raja pertama di Singasari dan mendirikan Dinasti Rajasa (Girindra). Anusapati menjadi raja berikutnya, tetapi kemudian digulingkan oleh Ranggawuni.

Singasari mencapai masa puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Wilayah kekuasaan Singasari meliputi seluruh Pulau Jawa, Bali, Kalimantan Barat, hingga Maluku. Selain itu dilakukan pula ekspedisi Pamalayu untuk menguasai daerah – daerah di sekitar Selat Malaka. Rakyat Singasari bermata pencaharian pertanian, pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Singasari hancur karena adanya serangan dari Kediri yang dipimpin oleh Jayakatwang. Peninggalan Kerajaan Singasari diantaranya Candi Kidal, Candi Singasari, Candi Jago, Patung Ken Dedes, dan patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolok.

H. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 M. Raden Wijaya menjadi raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Raja selanjutnya adalah Jayanegara. Pada masa pemerintahan Jayanegara terjadi sejumlah pemberontakan yaitu pemberontakan Ranggalawe, pemberontakan Sora, pemberontakan Nambi, dan pemberontakan Kuti. Raja Kertanegara digantikan oleh Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Ketika muncul pemberontakan Sadeng dan Keta, Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakan tersebut bersama pasukannya. Gajah Mada kemudian diangkat menjadi patih Majapahit. Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal dengan Sumpah Palapa.

Tribuwanatunggadewi digantikan oleh anaknya yang bernama Hayam Wuruk. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaan. Perluasan wilayah dipimpin oleh patih Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit mencapai Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Malaka. Pelabuhan – pelabuhan Majapahit ramai dikunjungi oleh para pedagang dari Tiongkok, India dan Persia. Setelah masa pemerintahan Hayam Wuruk, berturut – turut Majapahit dipimpin oleh Wikramawardhana dan Suhita. Majapahit mengalami kemuduran karena faktor – faktor berikut :

  1. Tidak ada lagi tokoh – tokoh kuat di pemerintahan yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah kerajaan
  2. Adanya perang saudara (Perang Paregreg)
  3. Banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit.
  4. Berkembangnya agama dan kebudayaan Islam

Peninggalan Kerajaan Majapahit, diantaranya Candi Panataran, Candi Sawentar, Candi Sumberjati, Candi Tegalwangi, Candi Surawana, Candi Tikus, Kitab Negarakertagama, Kitab Sutasoma, Kitab Arjuna Wiwaha, dan Kitab Pararaton. 

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah